Jumat, 30 September 2016

TUGAS 2. ILMU SOSIAL DASAR

            Jika dikaitkan dengan perubahan dan perkembangan zaman saat ini, lalu jika dilihat berdasarkan perkembangan teknologi yang semakin maju, ceritakan dan jelaskan kondisi di daerah Indonesia yang saat ini masih mengalami ketertinggalan ilmu teknologi ?

Teknologi saat ini memainkan peranan kunci di berbagai bidang. Di daerah perkotaan seperti Jakarta bahkan sudah menjadi komponen vital dalam laju ekonomi harian. Namun peran teknologi tak berhenti sampai di situ saja, laju perkembangan yang ada menjadikan implementasinya jauh lebih luas. Hal ini memicu pemerintah untuk terus memperluas pemerataan persebaran broadband (pita lebar), karena konektivitas menjadi salah satu kunci utama dalam adaptasi teknologi terbarukan.
Broadband di Indonesia kini tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan saja, bahkan di desa yang dapat dikategorikan pelosok, pinggiran dan tertinggal pun sudah tersentuh oleh konektivitas broadband. Sebut saja tiga contoh desa yang akan menjadi objek implementasi teknologi dalam program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT), yakni Desa Wonosari (Riau), Desa Panca Karsa (Gorontalo) dan Desa Tanah (NTT), ketiganya dalam kategori 3T (tertinggal, terluar, dan terjauh), namun dari di ketiga desa tersebut jaringan 3G sudah dapat digunakan dengan baik oleh beberapa provider telekomunikasi.
Masalah konektivitas sudah bukan isu lagi, lalu bagaimana sebuah solusi terpadu dapat memajukan desa tersebut dengan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada. Karakteristik masing-masing desa menjadi penting untuk diperhatikan. Dimulai dari desa pertama, yakni Desa Wonosari. Terletak di Kecamatan Bangkalis, Kabupaten Bengkalis Riau, selain memiliki kualitas koneksi 3G baik, desa ini juga sudah mendapatkan aliran listrik dari PLN.
Terlebih Desa Wonosari ini juga menjadi piloting di SDBT tahun sebelumnya (yang memfokuskan pada pembangunan infrastruktur broadband). Desa ini terletak di pesisir, dan sebagian warga bermata pencaharian sebagai nelayan. Pendekatan profesi ini yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk mengembangkan sebuah inovasi digital. Masalah kesehatan, keamanan dan keselamatan.
Selanjutnya Desa Panca Karsa. Terletak di daerah pedalaman di provinsi Gorontalo, desa ini tergolong dalam kategori desa tertinggal. Kendati letaknya terpencil, tower telekomunikasi telah berhasil mengantarkan sinyal 3G ke daerah tersebut. Menjadi lebih kompleks karena jika berbicara tentang mata pencaharian masyarakat masih banyak yang bergantung pada sumber daya alam. Namun akses komunikasi yang mudah seharusnya dapat menghadirkan skema baru dalam menyajikan kesempatan yang lebih menjamin kehidupan ekonomi, termasuk untuk mempermudah ke akses kesehatan.
Profil desa selanjutnya adalah Desa Tanah, terletak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Daerah ini terkategori dalam desa tertinggal dan perbatasan. Rata-rata penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Sama dengan dua desa sebelumnya, listrik dan jaringan 3G sudah dapat diakses dengan baik oleh masyarakat di sana.
Ketiga desa yang akan dijadikan objek pendampingan di program SDBT sudah memiliki infrastruktur kelistrikan dan jaringan yang mumpuni. Artinya inovasi digital yang digulirkan dapat lebih mudah diterapkan nantinya, yang terpenting harus tepat guna untuk menunjang produktivitas masyarakat. Sudah ada ide untuk memberikan kemajuan di desa-desa tersebut? Submisikan segera ide dan gagasan dalam bentuk video pendek ke laman resmi SDBT:http://solusi.broadband-desa.go.id/.
SDBT sendiri merupakan sebuah rangkaian program yang mengajak para inovator muda, terutama pengembang karya digital, untuk berkreasi dan mengaplikasikan karyanya di sektor riil. Tak hanya mengembangkan solusinya saja, namun para inovator muda turut ditantang untuk terjun langsung mendampingi penerapan inovasi di desa-desa tertinggal yang akan menjadi objek penelitian. Menjadi kesempatan berharga karena akan memberikan pengalaman tak terlupakan kepada para inovator dalam menjadi generasi yang turut memberikan sumbangsih untuk kesejahteraan bangsa.


Sumber  :
https://dailysocial.id/post/pemerataan-sebaran-broadband-dan-solusi-penanganan-desa-tertinggal


TUGAS 1. ILMU SOSIAL DASAR

Bagaimana perkembangan penduduk di daerah Anda masing-masing ?

Berdasarkan proyeksi penduduk dari hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Kecamatan Cakung tahun 2014 sebesar 523.159 jiwa dan merupakan Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Jakarta Timur (18,56 persen), terdiri dari laki-laki sebesar 269.764 jiwa dan perempuan sebesar 253.395 jiwa. Jika dilihat berdasarkan kelurahan, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Pulo Gebang dengan 110.781 jiwa (21,18 persen), kemudian Kelurahan Jatinegara dengan 105.279 jiwa (20,12 persen), sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kelurahan Rawa Terate dengan 28.656 jiwa (5,48 persen). Berdasarkan komposisi jenis kelamin, Kecamatan Cakung mempunyai komposisi penduduk laki-laki lebih banyak daripada perempuan yakni dengan rasio jenis kelamin sebesar 106, artinya bahwa dari setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 106 penduduk laki-laki. Ini menunjukkan bahwa tingkat kelahiran bayi laki-laki lebih tinggi daripada tingkat kelahiran bayi perempuan.

Jumlah Penduduk Kecamatan Cakung dan Rasio Jenis Kelamin Menurut Kelurahan, 2014



Piramida penduduk Kecamatan Cakung pada tahun 2014 memperlihatkan bahwa Kecamatan Cakung memiliki struktur penduduk muda. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya penduduk usia produktif, yakni mereka yang berumur antara 15 hingga 64 tahun. Penduduk usia produktif meliputi 71,56 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Cakung dengan penduduk terbanyak berada pada rentang usia 25 hingga 29 tahun (12,14 persen). Sementara penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) dan penduduk yang tidak produktif lagi atau melewati masa pensiun (usia 65 tahun ke atas) sebesar 28,44 persen, hal ini berimplikasi pada angka beban tanggungan atau angka Dependency Ratio (DR) Kecamatan Cakung tahun 2016 yang relatif kecil. Dengan jumlah usia produktif yang cukup tinggi, dependency ratio di Kecamatan Cakung hanya sebesar 39,75 persen. Angka tersebut dapat diartikan bahwa dari 100 penduduk usia produktif di Kecamatan Cakung akan menanggung secara ekonomi sebesar 40 penduduk usia tidak produktif

Piramida Penduduk Kecamatan Cakung (jiwa), 2014




Sumber :
https://jaktimkota.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Statistik-Daerah-Kecamatan-Cakung-2015.pdf